June 28, 2008

Bila Biaya Terbatas, Namun Diklat Untuk Karyawan Tetap Harus Dilakukan

Disaat berbagai harga mengalami kenaikan seperti saat ini, para manager di perusahaan harus pintar-pintar mengatur anggaran. Penghematan mutlak harus dilakukan, namun penghematan yang cerdas, bukan hanya urusan memangkas anggaran akan tetapi memprioritaskan anggaran tertentu untuk tetap ada dan mencari alternatif lain yang setara kualitasnya namun lebih sedikit biayanya.

Kenaikan biaya listrik, kenaikan BBM telah terjadi. Memang kalau dilihat dari SK-nya secara tertulis tidak lebih dari 50%. Namun, pada sebuah perusahaan akan terjadi efek multiplikatif dari kenaikan harga ini, bisa jadi 80% bahkan lebih tinggi dari itu. Pembengkakan anggaran musti dihidari. Biaya-biaya lain musti dipotong. Mau memotong biaya yang mana ? Pemotongan anggaran biaya marketing nampaknya cukup riskan demikian juga dengan biaya operasional. Keputusan yang paling memungkinkan diambil oleh para manager dengan resiko kerugian yang "nampaknya" kecil adalah pemotongan anggaran administrasi dan diklat karyawan.

Anggaran biaya administrasi, sangat memungkinkan untuk dipangkas. Toh sudah ada IT yang memungkinkan segala laporan dapat dikemas dalam bentuk soft copy, tidak ada lagi pencatatan pada buku tulis apalagi pendataan customer secara manual. Siapa juga yang bisa melihat insight dari data semacam itu.

Diklat karyawan, bagaimana memangkas biaya yang ini? Diklat untuk karyawan operasional , managerial atau semuanya? Memotong biaya diklat untuk karyawan operasional juga merupakan hal yang riskan, namun diklat untuk karyawan di level managerial sebenarnya bukan hanya berfungsi sebagai diklat, akan tetapi juga pengakuan atas keberadaan mereka.

Kenapa musti bingung? Penghematan biaya diklat tetap dapat dilakukan. Salah satu caranya adalah e-learning.

- Untuk karyawan operasional, kombinasi antara e-learning dan diklat langsung dapat dilakukan. E-learning bisa dianggap untuk penyegaran ataupun informasi awal yang akan diteruskan dengan diklat langsung (tatap muka/ praktek)

- Untuk karyawan di tingkat managerial, e-learning malah merupakan solusi paling tepat. Tepat untuk menguji sejauh mana kemampuan/ pemahaman serta kreatifitas karyawan. Bagaimana dengan tujuan "pengakuan" atas diselenggarakannya diklat ? Bukankah mengirim karyawan ke sebuah lembaga pelatihan adalah merupakan gengsi ? Belum lagi serifikat yang akan diterima karyawan. (kayaknya sih, masih ada budaya subur di kalangan kita nih > bangga banget ke simbol-simbol macam begini-an).

Jangan khawatir, solusi tetap bisa diberikan. Berikut beberapa tips :

1. Cari materi utama terkait dengan diklat managerial yang ingin anda berikan pada karyawan melalui internet (website e-learning maupun ebook url address)

2. Beri waktu pada karyawan untuk mempelajari materi-materi tersebut sekaligus membuat resumenya (misal 1 minggu) dan bebaskan karyawan untuk mencari informasi tambahan melalui url addres yang lain

3. Adakan suatu sesi untuk karyawan dapat mempresentasikan apa yang telah dipelajarinya dengan mendatangkan rekan-rekan yang berada pada level jabatan yang sama atau diatasnya. Pada saat sesi presentasi ini, informasikan pada karyawan yang bersangkutan untuk mengkaitkan materi-materi yang telah dipelajarinya dengan ide-ide strategik yang baru.

4. Berikan nilai untuk presentasi karyawan yang bersangkutan dan berikan wewenang pada karyawan yang bersangkutan untuk mengaplikasikan ide-idenya (tentunya jika ide ini reliabel, menjanjikan peluang pendapatan dengan biaya yang rasional) dengan pengawasan atasan langsung pada periode tertentu (misalnya 3 bulan). Anggap karyawan memimpin satu project tertentu dengan target pedapatan dan biaya.

5. Berikan penilaian, saran perbaikan dan penghargaan pada karyawan atas ide-ide yang telah disumbangkan untuk perusahaan. Penghargaan ini bisa berupa sertifikat ataupun hadiah langsung (tidak selalu berupa uang).

Dengan pendekatan e-learning seperti tips diatas dalam diklat di perusahaan, bukan hanya biaya untuk membayar para konsultan training yang bisa dipangkas, namun juga percepatan dan nuansa dinamis yang sehat di perusahaan bisa tercipta.

Related Posts:

  • Sukses Lama, Akankah Terulang ?"Person who doesn't care the past is person who doesn't have the future". Penggalan kalimat ini saya cuplik dari ucapan seorang dosen statistik yang c… Read More
  • Trend Lirik dan PerilakuIseng-iseng pagi ini sambil bikin analisis ganti chanel radio, pokoknya cuman mau denger musik yang acak jenisnya (selain dangdut tentunya, karena set… Read More
  • BlogKu, RumahKuAktifitas Nge-Blog, genap 1 tahun sudah saya lakukan. Berawal dari keinginan untuk berbagi tentang apa saja yang menarik tentang statistik, marketing,… Read More
  • Berwisata di SurabayaSurabaya, kota perdagangan, di pusat kota hanya terlihat gedung-gedung, di pinggiran yang nampak adalah kompleks perumahan. Ingin diam dan berlibur me… Read More
  • Seni, Budaya dan Wisata"Surabaya", telah lama dikenal sebagai kota perdagangan. Di setiap sudut kota kini dengan mudahnya anda menjumpai pertokoan dan mall. Bahkan rasanya, … Read More

0 komentar: