Benarkah statistisi adalah pembohong ? Atau alat statistik sepenuhnya adalah salah ? Kalau demikian yang terjadi, seharusnya tidak pernah ada penelitian, karena basis dari penelitian adalah data dan statistik. Kalau sudah timbul persepsi ini pada seseorang, bagi saya ada dua kemungkinan : orang tersebut memang terbiasa menggunakan besaran-besaran statistik dan angka-angka tertentu untuk melakukan manipulasi atau dia tidak cukup pengetahuan namun memiliki gengsi/ ego yang sangat tinggi untuk dikatakan sebagai seseorang yang pandai. Perpaduan dua kemungkinan ini, saya rasa juga sangat tepat untuk mengatakan statistisi adalah pembohong, alat-alat statistik menipu karena output yang diperoleh dari analisa data statistik tidak sesuai dengan keinginannya.
Tidak cukup pengetahuan, yang saya maksud adalah pengetahuan tentang data, membaca grafik dan tabel, memahami konsep pengujian hipotesis dan menginterpretasikan angka-angka. Berikut adalah beberapa contoh (hanya dari grafis) :

Gambar 1 merupakan contoh usaha untuk membandingkan nilai CSI (Customer Satisfaction Indeks) dari empat outlet sebuah perusahaan jasa dari beberapa periode. Perhatikan saja periode terbaru (bar warna biru laut). Kalau hanya melihat batang-batang "bar chart", sekilas akan muncul persepsi bahwa outlet D adalah yang terendah nilai CSI nya. Apakah benar demikian ? Padahal kalau dari nilai akan terlihat bahwa yang terendah adalah outlet B. Grafik semacam ini kadang sengaja ditampilkan saat melakukan presentasi, hanya terlihat sekilas dan mengaburkan persepsi pada performan yang buruk. Jadi bukan statistiknya yang salah, karena grafik dari ke empat outlet ini tidak digambarkan secara serentak, melainkan cuplik-cuplik diluar pengolahan data pada software yang digunakan.

Apakah anda melihat perbedaan atau persamaan pada gambar 2 ? Sebenarnya data asli pada ketiga grafik di gambar 2 adalah sama. Hanya berbeda dalam penentuan interval, rentang koordinat sumbu horisontal, dan proporsi ukuran gambar. Sekilas pada gambar (a) akan timbul kesimpulan bahwa data membentuk kurva normal dengan standar deviasi yang tidak terlalu besar, dibandingkan dengan gambar (c), sedangkan jika melihat gambar (b) tampak bahwa distribusi / sebaran data seragam (uniform). Siapa yang salah menyimpulkan jika tidak ada uji hipotesa dalam hal ini ?

Kadang orang yang tidak cukup pengetahuan tentang data dan statistik, berusaha menampilkan apa saja untuk diperbandingkan. Gambar 3 adalah salah satu kesalahan untuk ini. Gambar 3 (kiri) menggambarkan trend pendapatan (dalam satuan juta), trend pengunjung (dalam satuan ribu) dan trend pembelian per produk (dalam satuan ratusribu). Karena didominasi oleh pendapatan (dengan satuan tertinggi), maka trend jumlah pengunjung dan trend pembelian per produk tidak terlihat signifikan.
Berbeda lagi dengan gambar di sebelah kanan, bisakah membandingkan ketiga boxplot tersebut dan menyatakan bahwa dari boxplot dapat dikatakan rata-rata pulse yang tertinggi adalah pada aktifitas ke-2? Bukankah tidak selayaknya membandingkan rata-rata pada kelompok data yang heterogen varian-nya ?
Tiga contoh ini merupakan pelajaran, jangan berani menyimpulkan sesuatu hanya dari melihat grafis apalagi tidak memiliki pengetahuan/ kemampuan yang cukup untuk melihat data.
4 komentar:
Manipulasi grafis merupakan salah satu metode berbohong dengan statistik. Masih ada 9 tehnik berbohong dengan statistik yang sangat jitu lainnya. Buku "how to lie with statistics", karya Darrel Huff memaparkannya dengan gamblang
Tak cukup pengetahuan, dan tetap meneruskan sebuah kegiatan yang sebenarnya butuh pengetahuan memadai itu sebenarnya sudah tindakan manipulatif.
Dan saya pikir, berbohong secara statistik atau berbohong dengan statistik, adalah sebuah arogansi moral yang bernilai sama dengan saat membaca buku yang mencantumkan daftar yang layak disebut tindakan berbohong, lalu mencobanya satu persatu.
Adalah bijak untuk tetap bertindak utuh dan lengkap. Bila kemudian mengetahui ada upaya menyajikannya demi kepentingan tertentu, adalah penting untuk melengkapinya dibanding menyerah hanya sekedar agar tetap dihargai secara sosial saja. Apresiasi profesi kapan bisa ditegakkan kalau begitu terus ? Apa ya perlu belajar cara sombong agar profesi bisa dihargai ?
statistik banyak mengandung probabilitas, dari probabilitas itu akan timbul error. untuk itu diperlukan ilmu statistik untuk memperkecil error.
karena ketidaktahuan atau "sengaja pura-pura" tidak tahu, sehingga yang muncul dalam metode statistik yang diterapkan lebih menimbulkan error yang besar.
dan itu sering digunakan oleh orang-orang tertentu untuk kepentinagn tertentu. Bisa jadi??
lha wong, pake metode yang tepat aja masih memungkinkan terjadinya error (meskipun kueciiiilll)..
berbohong dengan statistik sungguh hal yang paling tidak benar. dimana2 yang namanya berbohong itu ga enak..
Post a Comment