January 18, 2008

Kelayakan Kuesioner

Kuesioner, sebuah alat bantu bagi para pewawancara riset pasar dalam proses wawancara dengan responden. Suatu saat anda bisa melihat sebuah kuesioner yang sangat pendek (seukuran 1/3 A4) dan suatu saatpun anda bisa menjumpai kuesioner yang lebih dari 60 lembar. Wow!

Cukup efektifkah kuesioner seperti ini ? Tanpa tahu tujuan, proses pelaksanaan dan konten risetnya, saya menjawab tergantung. Ya, membuat sebuah kuesioner yang benar memang harus dikaitkan dengan tujuan riset dilakukan. Dari tujuan, akan terbentuk model hipotesa, dan dari sini berdasarkan beberapa tinjauan akan muncul variabel-variabel penelitian. Dipadukan dengan rencana alat statistik yang akan anda pakai berikut skala pengukurannya mulailah anda dapat mendesain pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner berikut lay-out kuesionernya. Pada kenyataannya beberapa survey yang pernah saya temui, tidak mengindahkan proses ini. Alhasil, data tidak "berbunyi" dan nampak sia-sia.


Memang benar bahwa didalam menyusun kuesioner dibutuhkan proses brainstorming (yang saya istilahkan dengan "tinjauan" pada paragraf sebelumnya). Namun, yang perlu diingat adalah bagaimana melakukan brainstorming untuk tujuan ini. Brainstorming merupakan proses pengumpulan ide, mengerucutkan ide hingga menghasilkan model hipotesa, variabel penelitian hingga pertanyaan (research question) yang tertuang dalam sebuah kuesioner.

Para pakar marketing research menyatakan beberapa hal yang mensyaratkan sebuah kuesioner layak dipakai, yaitu :
- Evocative
Tidak membingungkan pewawancara, mudah dipahami dan menjadikan sesuatu yang menarik.
- Relevant
- Tidak memihak
Tidak membuat pernyataan yang mengarah pada sesuatu pengambilan keputusan.
- Padat dan jelas
Tidak terlalu panjang/ bertele-tele. Gunakan kalimat yang singkat saja dan jangan terlalu banyak mengulang pertanyaan.
- Researchable
Dapat dijawab tanpa menimbulkan was-was atau kegelisahan pada responden. Coba renungkan dan anggap anda sebagai responden yang ditanya tentang berapa harta kekayaan anda, apa agama atau suku anda ?

Namun jangan lupa, untuk mengetahui apakah kuesioner yang telah di-desain memenuhi persyaratan layak atau tidaknya dipakai sebagai sarana wawancara, anda musti meng-ujicobakan dahulu pada sebuah survey pendahuluan.

2 komentar:

Yudhi Gejali, dr. said...

Hallo salam kenal...
Mau ikut nimbrung yah..
Yang sering tidak dilakukan itu adalah: penelitian pendahuluannya. Sehingga angket yang dipake tidak teruji validitasnya..

Trus angket yang terlalu panjang..Cape deh ngisinya..

Anonymous said...

Selain uji validitas dan reliabilitas, disain angket (layout) memang berperan sangat penting meminimalisir response error.

Kami di media cetak cukup berpengalaman dalam hal ini, sehingga setiap kali kami melakukan mail survey, layout langsung ditangani oleh tim artistik khusus, dengan tetap memperhatikan kenyamanan responden (ukuran huruf, warna latar dan spasi)

Sejauh ini sepertinya cukup efektif, responnya lumayan tinggi untuk kuesioner-kuesioner yang didisain dengan "cantik"

Salam
Hari Z