June 13, 2008

E-learning, Yang Pro dan Yang Kontra

E-learning seperti yang tergambarkan dalam artikel sebelumnya memang menarik untuk diperbincangkan (ga salah banget kalau Acer mengangkat topik ini dalam edufiesta-nya).

Apa yang terbayang kini pada sebuah kata "e-learning"? Pada kenyataannya toh masih banyak juga yang kontra, seperti hasil survey yang menyatakan : "......74,1 % percaya bahwa e-learning tidak dapat menggantikan cara face to face." Benarkah demikian ?

Sayang sekali hasilnya hanya deskriptif dan hanya bicara pada prosentase. Andaikan bisa digali lebih lanjut, apa sih yang membuat mereka menyatakan hal itu ? Kegagalan e-learning kah? Kesalahan persepsi akan e-learning? Ketakutan pada kontrol e-learning?

Bisa jadi akan cukup banyak mahasiswa dan dosen-dosen teknik menyatakan pendapat ini karena alasan bahwa lebih banyak pembelajaran mereka dilakukan di laboratorium, alias pembelajaran secara praktik. Kalau ini, alasannya mungkin boleh-lah, tapi dikit. Mungkin ada solusi kombinasi e-learning dan praktek langsung (untuk yang membutuhkan mesin/ alat mahal sebagai sarana praktek). Namun bila alasannya adalah kurangnya interaksi atau kurangnya kontrol, saya rasa tidak demikian dan jikapun ada, apa sih yang ga ada solusinya?

Interaksi dalam e-learning
Bila menggunakan metode e-learning dengan ke-2 seperti pada artikel terdahulu , berarti anda menggunakan aplikasi LMS (Learning Management System). Dengan cara ini log dan setiap aktifitas peserta akan tercatat, informasi terkait dengan materi (bila peserta mengalami suatu permasalahan) juga telah diantisipasi dengan adanya katalog on-line. Masih belum menemukan solusi atas pertanyaan, maka anda bisa berkonsultasi langsung dengan pengajar. Cara sederhananya lewat email yang akan dibalas oleh pengajar. Cara canggihnya, langsung melalui aplikasi tersebut, dan aplikasi tersebut akan meneruskan pertanyaan peserta (siswa) pada pengajar yang terkait. Tentunya sama halnya dengan cara belajar tatap muka, jika pertanyaan tidak dapat dijawab langsung karena kurangnya literatur yang mendukung, jawaban akan diberikan setelahnya. Mudah kan?
Apakah anda butuh ekspresi pada saat interaksi ?
Bila menggunakan metode e-learning dengan ke-1 seperti pada artikel terdahulu , berarti akan ada teleconference yang setidaknya mampu merekam suara anda dan ekspresi pertanyaan anda, kalau ada web camera, apalagi yang menjadi masalah.

Kontrol
Apakah peserta e-learning menyelesaikan semua materi dan yakin memahaminya? Jangan khawatir karena pada e-learning juga ada ujian-nya. Dan soal bisa berbeda-beda antar peserta (ini memimimalkan contek-contekan seperti pada sekolah tatap muka) dan IP peserta akan tercatat, jadi pihak managemen penyelenggara e-learning akan tahu dengan siapa anda berdekatan saat menyelesaikan soal ujian. Jadi, apalagi yang dikhawatirkan sebagai tidak adanya kontrol.

Bagaimana dengan yang satu ini, merasa rumit dengan internet?
Wah, payah... apa susahnya sih? Jika merasa seperti ini maka mulailah jalin komunikasi dengan siapa saja melalui internet. Coba saja, toh sudah ada banyak tutorial. Dan setiap klik ada informasi yang bisa anda baca. So What Gitu Loh... Siapapun bisa, asal sudah bisa baca. Kalau belum dan usia sudah lapuk (ga ketrima lagi di SD), ya ikut saja program diknas untuk tuntaskan buta aksara.

Kalau pembaca ragu, bisa atau ga ya, e-learning diterapkan. Dicoba aja deeehhh, daripada pesimis duluan. Saat ini sudah ada beberapa penyedia e-learning yang free untuk dicoba, anda bisa browsing di google atau yahoo. Kalau saya sih sedang mengikuti e-learning tentang ilmu statistik ini.

Related Posts:

6 komentar:

prasetyo wijaya said...

e-learning????
hey itu yang sedang kami lakukan (para blogger). he he he he. dan membuat blog adalah salah satu kegiatan dalam e-learning. salam kenal ya.

Unknown said...

blogger, dengan ke-unik-an gaya bahasa para penulisnya memang bisa jadi sebuah e-learning untuk pembacanya. Salam kenal :)

Anonymous said...

mm e-learning memang menarik, tapi bagaimana dengan sistem penjaminan mutunya?

Unknown said...

Jika e-learning memang dikondisikan dalam sebuah sistem, saya rasa penjaminan mutunya juga cukup reliabel.

Bukankah dapat diketahui aktifitas siswa, respon siswa (interaksi) dan ujian yang mungkin tidak akan sama antar satu peserta dengan peserta lainnya.

Ya, kalau masalah apakah orang yang mengikuti e-learning adalah sama... mungkin validasi dengan web camera ya?

Anonymous said...

saya setuju pembelajaran konvensional tdk akan tergantikan keseluruhan hanya krn elearning..

mnrt saya tinggal disesuaikan dgn kemampuan yg ada..
kl blm sanggup online, ya pake cara digital offline aja dl..toh sama2 elearning.. :)
kl butuh online real time, ya disiapkan fasilitas, prosedur dan kelengkapannya

tp pasti ada yg bs dimaksimalkan dari elearning.. makasi tulisannya mb hermin..menarik..

Unknown said...

Setuju mas dani. Ga ada salahnya kan mencoba belajar mandiri dg e-learning. Makasih jg lho, saran & apresiasinya