May 22, 2008

Asal Pakai Data, Bisa Fatal Akibatnya

"Data itu penting, Data bisa jadi Informasi, Dengan data bisa dapat peluang pendapatan lebih besar". Begitu kira-kira kalimat-kalimat klise yang banyak dipakai sebagai senjata saat para pimpinan managemen sebuah perusahaan mempersuasi stafnya untuk bekerja berdasarkan data, atau saat sebuah perusahaan hendak di-AUDIT.


Disaat hasil tampak baik, tanpa melakukan analisa/ penelusuran lebih detail mereka bilang karena mereka telah memanfaatkan sistem informasi database, saat hasil buruk, tiba-tiba mereka mengemukakan kendala IT yang rumit atau kurangnya sarana prasarana. Namun, apakah data hanya bermanfaat untuk dilihat, dijadikan alasan kesuksesan atau kegagalan? Mungkin tidak, menurut beberapa orang. Organisasi/ Perusahaan yang kaya data bisa memanfaatkan data tersebut untuk meningkatkan penjualan. Bagaimana caranya? Dengan telemarketing, mailing, seminar dan sebagainya.

Hmmm, tidak salah sih paparan fenomena persepsi terhadap data pada paragraf diatas. Akan tetapi sangat dangkal dan bisa berakibat fatal bila seorang manager perusahaan tanpa pengetahuan yang cukup dan kecerdasan analisa yang baik tiba-tiba memegang kumpulan data. Dan melakukan sebuah tindakan berdasarkan data yang belum dirubah menjadi sebuah informasi. Bukan akan meningkatkan nilai penjualan, tapi bisa terjadi sebaliknya. Berikut ini beberapa contoh :

- Sebuah perusahaan telekomunikasi yang akan menawarkan akses internet berlangganan pada pelanggan dengan transaksi pemakaian internet tanpa berlangganan melebihi limit bawah biaya berlangganan internet. Karena dasarnya hanya besarnya transaksi dan dengan maksud mempercepat proses mendapatkan customer, maka dilakukanlah terlemarketing (anggap ada 10 orang petugas), dimana setiap orang memegang data yang sama dan data ini akan berubah pada bulan depannya. Dalam satu hari, satu orang bisa mendapat lebih dari 1x telemarketing dari si petugas dan dalam satu bulan bisa lebih dari 10x dihubungi petugas telemarketing. Bagaimana jika target pelanggan adalah anda dan karena sesuatu alasan anda tidak berminat. Tidak kah anda bosan menerima telepon dari petugas telemarketing itu ?

- Sebuah perusahaan jasa kesehatan melihat bahwa di sebuah area, banyak permintaan pemeriksaan laboratorium. Maksudnya meningkatkan servis pada pelanggan, meningkatkan pendapatan disamping memperkecil kendala operasional karena jarak. Yang dilihat hanyalah angka. Sehingga dibukalah cabang pembantu di area tersebut. Setelah ditunggu beberapa waktu, yang tampak bukan pendapatan makin tinggi, dan malah membuat perusahaan merugi. Kenapa? Pengambil keputusan di perusahaan itu tidak membaca trend, tidak mampu menakar probabilitas peningkatan pendapatan dengan membuka cabang pembantu, ya karena tidak melakukan penelusuran kenapa seolah-olah ada banyak permintaan dari area tersebut.

- Saat kini di kota-kota besar, tempat makan dengan suasana alam yang bisa dipakai sebagai tempat ngobrol santai dengan kerabat sangat dibutuhkan, hanya berdasar modal besar seorang pengusahan mendirikan sebuah resto. Yang terjadi adalah resto tidak laku, padahal sudah berada di kota besar. Kenapa? Karena keputusan gegabah, tanpa mencermati etnografi calon pelanggan berakibat pada dekorasi, instrumen dan nuansa resto yang tidak begitu digemari konsumen tertentu.

Jadi, jika anda pemilik data, merasa kaya akan data namun tidak memiliki cukup pemahaman/ pengetahuan dan analisis yang kuat terhadap kasus data anda, belajarlah dulu. Ini jika tidak mau tersesat dan menyesali hingga keluar kalimat : intuisi lebih bermakna daripada sekedar data.

Related Posts:

2 komentar:

Anonymous said...

dan ilmu statistik tidak hanya bergulat dengan data.

bukankah begitu, Mbak??

Unknown said...

ilmu statistik memang tidak hanya bergulat dengan data, data sebagai dasar informasi para statistisi untuk dapat berbicara memberikan informasi dan wisdom. Tentunya, harus dibarengi dengan pengetahuan lain yang terkait.