
Sebenarnya, di Surabaya sering saya jumpai model kebun-kebun kecil semacam ini. Namun, tidak pernah terpikir bahwa ini merupakan sebuah teknik budidaya pertanian dengan cara bertingkat atau bersususn sebelum mas semplon (seorang kerabat di kota malang) menunjukkan dan memapaparkannya.
Nama vertikultur berasal dari bahasa Inggris, verticulture. Istilah ini terdiri dari dua kata , yaitu vertical dan culture. Dan di Indonesia, teknologi ini sudah diterapkan sejak 1990. Lihat saja foto disamping, yang merupakan kreasi vertikultur mas semplon dan keluarganya di kediamannya di kota malang. Teknologi vertikultur ini jelas sangat menguntungkan kita yang tinggal di kota besar dan memiliki lahan terbatas, dengan lahan yang minimal kita tetap dapat menyalurkan hobby yang menyehatkan dan bahkan mungkin "menguntungkan" (jika kita mau memanfaatkan sebagai salah satu jenis usaha).
Teknologi vertikultur sangat minim perawatan, bayangkan saja untuk penyiraman hanya membutuhkan air kucuran kran yang tidak terlalu banyak (karena jatuh dan mengalir ke pot yang dibawahnya).
Tanaman apa saja yang bisa diterapkan dengan teknik vertikultur ini ?
Beberapa tanaman hias dapat dibiakkan dengan teknik vertikultur ini. Namun jika ingin lebih menguntungkan atau untuk dikonsumsi sendiri, anda dapat juga mempraktekkan teknik vertikultur untuk tanaman sayuran seperti : seledri, sawi, tomat, pare, kacang panjang dan mentimun.
Kalau berbicara mengenai kuantitas hasil, hasil panen dari dari teknik vertikultur ini memang tidak sebesar bila dibandingkan dengan cara konvensional. Namun, jika berbicara mengenai kualitas hasil, teknologi ini jauh memberikan hasil (buah dan daya tumbuh pohon) yang lebih berkualitas. Selain itu, bayangkan jika anda menyantap sayuran yang anda tanam sendiri dengan teknik vertikultur dibanding anda memberi dipasar (yang sebagian besar diproduksi dari budidaya tanaman sayur di pinggiran sungai), anda lebih bisa menjamin kesehatan anda dan keluarga anda sendiri dengan mengkonsumsi tanaman dari hasil kebun sendiri, bukan ?
Sudah terbayang betapa senangnya berkebun dengan cara ini? Atau terbayang, betapa sehatnya mengkonsumsi sayuran hasil kebun sendiri ? Atau bagi para marketer, sudahkah anda temukan peluang, menghasilkan produk sehat, hemat dan berkualitas dengan dari "usaha kecil" semacam ini ?
0 komentar:
Post a Comment