February 20, 2008

Vertikultur, bukan sekedar hobby

Kalau kita perhatikan, akhir-akhir ini di beberapa kota besar makin banyak kita jumpai rumah tangga yang giat berkebun. Jangan bayangkan kebunnya luas seperti kebun di pedesaan, karena kota ini sudah sangat padat dengan perumahan sehingga tidak tersedia lahan yang cukup. Kebunnya sangat kecil, mungkin maksimal hanya seluas 2 meter persegi.

Bagaimana trik nya ?
Sebenarnya, di Surabaya sering saya jumpai model kebun-kebun kecil semacam ini. Namun, tidak pernah terpikir bahwa ini merupakan sebuah teknik budidaya pertanian dengan cara bertingkat atau bersususn sebelum mas semplon (seorang kerabat di kota malang) menunjukkan dan memapaparkannya.

Nama vertikultur berasal dari bahasa Inggris, verticulture. Istilah ini terdiri dari dua kata , yaitu vertical dan culture. Dan di Indonesia, teknologi ini sudah diterapkan sejak 1990. Lihat saja foto disamping, yang merupakan kreasi vertikultur mas semplon dan keluarganya di kediamannya di kota malang. Teknologi vertikultur ini jelas sangat menguntungkan kita yang tinggal di kota besar dan memiliki lahan terbatas, dengan lahan yang minimal kita tetap dapat menyalurkan hobby yang menyehatkan dan bahkan mungkin "menguntungkan" (jika kita mau memanfaatkan sebagai salah satu jenis usaha).

Teknologi vertikultur sangat minim perawatan, bayangkan saja untuk penyiraman hanya membutuhkan air kucuran kran yang tidak terlalu banyak (karena jatuh dan mengalir ke pot yang dibawahnya).

Tanaman apa saja yang bisa diterapkan dengan teknik vertikultur ini ?
Beberapa tanaman hias dapat dibiakkan dengan teknik vertikultur ini. Namun jika ingin lebih menguntungkan atau untuk dikonsumsi sendiri, anda dapat juga mempraktekkan teknik vertikultur untuk tanaman sayuran seperti : seledri, sawi, tomat, pare, kacang panjang dan mentimun.

Kalau berbicara mengenai kuantitas hasil, hasil panen dari dari teknik vertikultur ini memang tidak sebesar bila dibandingkan dengan cara konvensional. Namun, jika berbicara mengenai kualitas hasil, teknologi ini jauh memberikan hasil (buah dan daya tumbuh pohon) yang lebih berkualitas. Selain itu, bayangkan jika anda menyantap sayuran yang anda tanam sendiri dengan teknik vertikultur dibanding anda memberi dipasar (yang sebagian besar diproduksi dari budidaya tanaman sayur di pinggiran sungai), anda lebih bisa menjamin kesehatan anda dan keluarga anda sendiri dengan mengkonsumsi tanaman dari hasil kebun sendiri, bukan ?

Sudah terbayang betapa senangnya berkebun dengan cara ini? Atau terbayang, betapa sehatnya mengkonsumsi sayuran hasil kebun sendiri ? Atau bagi para marketer, sudahkah anda temukan peluang, menghasilkan produk sehat, hemat dan berkualitas dengan dari "usaha kecil" semacam ini ?

Related Posts:

  • Nila Setitik, Rusak Susu SebelangaSementara teknik manipulasi berkembang begitu pesat, teknologi kedokteran dan farmasi merayap saja susah. Kalimat diatas menggambarkan kejengkelan s… Read More
  • Popeye aja tauIseng pas ganti-ganti channel TV, lihat film kartun Popeye. Waahh... tapi saya ga hapal nama pemerannya ya...Di potongan cerita itu saja ada Bapak Pop… Read More
  • Ketakutan Psikologis, Empaty dan Peluang.Kanker payudara, sebuah penyakit yang menakutkan bagi hampir semua wanita di bumi ini, utamanya yang sudah berusia matang. Dan mamografi adalah merupa… Read More
  • Rumah Sakit Foto diatas saya ambil tanggal 21 Oktober 2007, jam 11.24 WIB di salah satu jalanan RSUD Dr.Soetomo. Rumah sakit rujukan se Indonesia Timur ini, … Read More
  • Di sebuah kota kecil Di sebuah kota yang tak ter-ekspose keindahan alamnya. Bukan Bali, Lombok ataupun Danau Toba. Hanya disebuah kota kecil "Lumajang", bisa kita temukan… Read More

0 komentar: