
Begitu banyak kampanye kesehatan yang kita temui akhir-akhir ini. Apakah ini untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010? Tapi memang bukan hanya dari dinas kesehatan, para perusahaan farmasi, rumah sakit, medical centre, dll. Untuk memenangkan pilkada atau pemilu yang akan datang pun, sudah ada partai politik yang mengusung tema, menyehatkan masyarakat, kesehatan murah katanya.
Apa benar begitu? Bagaimana caranya ya?
Mustinya jika memang tujuan Indonesia Sehat 2010 ini benar, harus ada strategi menuju kesana, dan harus mau berbeda dari sebelum-sebelumnya. Jadi musti mereview, apa sih yang sudah terjadi selama ini.
- Tindakan Preventif Lebih Baik, tindakan preventif seperti apa yang dimaksud ?
* Olah raga, yang satu ini memang murah dan bisa diperoleh oleh siapa saja yang sehat fisik/ jasmani saat ini. Asalkan, tempatnya ada... ya sama aja donk kalau tempat kumuh atau rentan polusi, mau jogging disitu apa ga tambah kena penyakit ? Pilih tempat lain yang agak jauhan, boleh juga. Kalau ke fitness centre jelasnya jadi mahal.
* Periksa rutin. Boleh juga, kalau cuma periksa fisik ke puskesmas sih murah, tapi kalau musti ke laboratorium klinik atau ke dokter spesialis, yang ada mereka akan anjurkan General Medical Check Up, dan yang ini tetap ga mahal untuk sebagian orang (yakni yang dibilang segmen kelas atas), jadi bagaimana dengan kelas bawah?
* Jangan makan makanan yang mengandung kolesterol berlebih. Ini paling murah, bisa, pasti untuk semua orang. Tergantung niatnya aja
* Hindari makan makanan yang mengandung pengawet. Bisa juga sih, asal mau usaha.
- Kalau sudah sakit, segera obati
* Ke dokter, disuruh ke laboratorium klinik trus balik lagi ke dokter, ITU MAHAL. Kalau ga, dokternya juga salah lho... masak cuman periksa fisik aja. Masa' ga ada laboratorium murah sih? Ada, tapi kualitasnya katanya meragukan? Sekalipun di rumah sakit pemerintah? Ya silahkan diuji saja.
* Datang ke pengobatan gratis. Ini bukan penyelesaian. Coba aja deh, review apakah kegiatan-kegiatan baksos seperti pengobatan gratis itu cukup optimal? Atau cuman untuk penyakit-penyakit kecapekan seperti batuk dan pilek?
Tampaknya, kesehatan butuh uang dan saat ini uang memang segala-galanya. Kalau mau berkata tidak, kondisi seperti ini adalah peluang dan tantangan. Kalau kemarin saya bertemu dengan seseorang yang mengatakan, "rasanya istilah sehat itu lebih mahal daripada sakit, tidak lagi bener, karena pengobatan kadang lebih murah dari pada tes laboratoriumnya", ya ada benarnya juga saat ini. Dan inilah sebenarnya peluang / tantangannya.
Apakah harus general check up jika data medical record seseorang telah diketahui dan saat ilmu pendataan & statistik telah sedemikian berkembang? Mustinya kan bisa memetakan dan memperhitungkan probabilitas seseorang laki-laki berusia 30 tahun dari keturunan ayah diabetes dan ibu obesitas dan dengan golongan darah A,dan pola gaya hidup....bla bla bla...akan menderita suatu penyakit tertentu, jadi tes laboratoriumnya fokus ke sana dulu (prioritas lah).
Dengan berkembangnya ilmu statistik dan penelitian kedokteran, kalau mau dimanfaatkan dengan baik, mustinya tes-tes laboratorium dapat difiler sedemikian rupa, sehingga pada screening awal, tidak perlu ada banyak pemeriksaan untuk pasien yang pertama kali datang periksa.
Hanya mencoba memandang dari sudut pandang "orang awam", yang susah bener mengerti banyak istilah medis dan kenapa perlu periksa ini dan itu.
3 komentar:
Menarik juga saran anda mengenai peranan statistika dalam uji laboratorium serta ilmu kedokteran. Boleh jadi belum banyak profesi kesehatan yang berfikir dengan sudur pandang ahli statistika seperti anda.
Terimakasih. Kalau mau disadari, setiap ilmu akan butuh statistik.
Salam...
mungkin satu ketika ada artikel yang berjudul, berpikir sehat, otoritas siapa ?
Karena menilik berbagai penelitian kedokteran, farmasi dan kesehatan yang ada, semuanya selalu bicarakan dalam koridor statistik; bukan angka semata, namun juga asumsi-asumsinya.
Jangan-jangan otoritas di negeri ini aja ogah pake standar statistika ???
Post a Comment