Polling merupakan salah satu metode pengumpulan data kuantitaif yang dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya : wawancara langsung (biasanya 10 - 20 menit/ responden), wawancara melalui telepon, atau melalui internet. Permasalahan utama yang dihadapi saat ini (dalam pelaksanaan riset kuantitatif) adalah sulitnya mendapatkan responden.
Kini tidak mudah lagi, menemui seseorang dan mewawancara (untuk tujuan polling), mengacak nomor telepon dan mendapatkan responden yang sesuai dengan target sampling apalagi meminta responden secara sukarela mengisi beberapa data melalui internet. Beberapa responden bahkan sudah memiliki prasangka negatif ; jangan-jangan kita adalah sales, detailer atau agen asuransi yang mengatasnamakan polling untuk mendatanginya, atau bahkan jangan-jangan ini adalah awal suatu proses penipuan. Kekhawatiran ini wajar, karena beberapa oknum telah sering melakukannya, dan meninggalkan efek buruk bagi para pengumpul data.
Jika keengganan ini muncul, maka seorang pengumpul data akan memakai beribu cara untuk mendapatkan responden dan akhirnya, yang dikejar hanyalah target jumlah, bukan sesuai tujuan target sampel. Kalaupun responden berhasil diperoleh, karena merasa tidak nyaman untuk diwawancara bisa dipastikan bahwa probabilitas memberikan opini yang tidak sebenarnya semakin besar. Polling melalui internet mungkin lebih baik karena dirasa lebih cepat, murah dan efektif. Akan tetapi, meskipun secara sistem dapat diusahakan agar pengunjung web yang sesuai dengan target sampling menjawab beberapa pertanyaan polling dengan selengkap-lengkapnya, namun polling melalui media internet tetap tidak bisa mengharapkan responden memberikan jawaban dengan sebenar-benarnya.
Dari uraian ini, jelaslah bahwa data bukanlah hal yang mudah diperoleh. Bila sudah diperoleh, masih harus dipertanyakan validitas dan reliabilitasnya, dan apakah cukup mewakili populasi. Memang dengan statistik kita dimudahkan dengan adanya alfa dan confident interval. Namun bagi saya pribadi selaku seorang peneliti, hasil polling tidak lagi dapat dipakai sebagai satu-satunya acuan dalam meyatakan sesuatu, harus selalu ada perbandingan dengan pengamatan-pengamatan langsung (pengukuran pada objek, bukan pada subjek). Misalnya : Polling untuk mengetahui supermarket yang paling disukai sebagai tempat berbelanja. Pengumpulan data melalui wawancara/ pengisian kuesioner boleh saja dipakai namun harus ada perbandingan pengamatan supermarket mana yang lebih ramai, perbandingan jumlah troley keluar setiap jam antar supermarket, pengumpulan struk belanja, dan sebagainya.
Bagaimana menurut anda ?
2 komentar:
Pengumpulan data kuantitatif melalui pooling di internet menurut saya masih bisa dipercaya. Karena kalau di internet orang-orang yang mau mengisi pooling sebenarnya dia sudah niat dab dengan kesadaran sendiri.
Anda bener, Fikri, karena potongan kalimat anda adalah "..masih bisa dipercaya..". Ya cuman seberapa butuh tingkat kepercayaannya, ya terserah.
Karena motifnya, sejauh pengalaman, akhirnya membutuhkan kecermatan; mau dipilah atau enggak.
Post a Comment