February 20, 2008

Berlimpah, namun Tampak Kekurangan... Atau Sebaliknya

Menyikapi banyaknya keluhan : obat mahal, fasilitas kesehatan terbatas yang sering muncul di beberapa media nasional mungkin membuat sebagian dari kita mengelus dada, merasa iba dan mungkin sedikit bertanya-tanya, kenapa bisa demikian ?

Dari tahun ke tahun, anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk kesehatan tidak bisa dibilang kecil. Kalau diamati, dibidang kesehatan ini juga banyak peran swasta dalam berbagai model CSR-nya; asuransi kesehatan, pengobatan gratis, posyandu, operasi katarak gratis, dan sebagainya yang kesemuanya itu berujung pada tujuan pemerataan fasilitas kesehatan. "Rakyat Sehat, Negara Kuat", memang sebuah slogan yang sangat masuk akal, namun bagaimana mewujudkannya ?

Namun, persepsi-persepsi yang terungkap pada paragraf diatas hilang seketika saat saya melihat kondisi ini (foto). Ya, foto disamping memang hanya foto infus dan jarum suntik yang ditaruh dalam sebuah tas plastik. Ingin tahu dimana saya mengambilnya ? Waktu itu saya meminta ijin, mengambil foto ini dari pasien askes rawat inap sebuah rumah sakit pemerintah yang hendak pulang (karena terapinya telah selesai). Saya tertarik mengambil gambar ini karena, dari beberapa sampling (ruangan perawatan dalam rumah sakit ini), selalu ada sisa obat, sisa infus atau sisa jarum suntik yang dibawa pasien. Okelah, jika sisa obat. Namun, bagaimana dengan sisa infus dan jarum suntik ? Bukankah pasien sudah tidak bisa menggunakan dirumah (karena setahu saya, penggunaannya adalah dengan pemantauan dokter).

Bukankah dengan melihat ini, dapat kita katakan bahwa obat-obat kita cukup berlimpah ? Ataukah tidak ada perencanaan logistik obat ? Ataukah, tidak memungkinkan lagi mengembalikan obat-obat ini sehingga dapat dipergunakan oleh pasien lain, sehingga tidak ada lagi teriakan pejabat paramedis sebuah rumah sakit..."duh,rumah sakit kita kekurangan obat".

Mungkin klise, karena saya yang mengatakan ini memang bukan berada didalam sistem perawatan kesehatan. Namun sekedar uneg-uneg calon pengguna dan semoga menjadi wacana bagi yang berada didalamnya:
- sistem IT kita sudah lebih baik dan oleh karenanya tidak akan sulit meng-estimasi kebutuhan/ logistik obat-obatan sehingga tidak lagi dijumpai kelebihan infus atau jarum suntik pada pasien yang sudah pulang atau kekurangan stok obat-obatan sehingga pasien (kurang mampu) tidak seharusnya terpaksa membeli diluar rumah sakit pemerintah.
- daripada terbuang percuma, rasanya sebagian besar pasien tidak akan keberatan jika diperbolehkan menukar/ mengembalikan kelebihan infus atau jarum suntik jika memang tidak diperlukan lagi. (tentunya, jika pasien membeli, uangnya akan kembali).
- perusahaan farmasi, rasanya bukan perusahaan yang kesulitan mencari penghasilan (tanya saja pada para apoteker, berapa harga pokok satu butir obat dan laba yang diperolehnya, atau amati saja begitu mudahnya perusahaan farmasi mengeluarkan dananya untuk entertainment para dokter). Jadi, biarkan mereka mencari cara yang lebih baik untuk sukses me-marketingkan produknya

2 komentar:

Anonymous said...

Dear Suhermin,
Hmm..., menarik juga pengamatan Anda.

Saya setuju, memang benar banyak prosedur yang harus ditempuh dan belum baik.

Sedikit komentar saya (pandangan pribadi saja):
Kalau bukan pasien Asuransi, rasanya lebih mudah untuk minta uang kembali.
Tetapi kalau sudah dibawa pulang ke rumah, tinggal ditukar di toko obat terdekat khan?



Salam

Unknown said...

hhmm, mungkin...bisa lebih mudah bisa juga lebih ribet :)