Dokter ?
Dulunya, di Indonesia dokter adalah profesi yang mendapat kepercayaan tertinggi (bagi awam) untuk urusan kesehatan; baik untuk penentuan obat, rumah sakit rawat inap, pemeriksaan laboratorium dan berbagai treatment. Dan jumlah "produksi" dokter akhirnya semakin banyak. Seakan sejalan dengan pertumbuhan rumah sakit.
Pasien ?
Harapan pasien tentunya semakin besar. Pertambahan jumlah dokter dan jumlah rumah sakit diharapkan dapat memberikan layanan kesehatan lebih baik dan lebih fokus pada pasien. Namun nampaknya tidak demikian halnya, satu orang dokter saat ini nyatanya masih memiliki beberapa tempat praktek (walaupun baru-baru ini ada pembatasan 3 tempat praktek). Namun nampaknya, regulasi ini belum sepenuhnya dapat diterapkan. Seandainyapun diterapkan, pada kenyataannya pasien masih sulit menemui dokternya.
Bisa dimaklumi, bahwa dokter harus mengupdate pengetahuan kedokteran dengan mengikuti berbagai kursus ilmiah, kongres, seminar kedokteran dan sebagainya. Dan karena kesibukannya itulah, kini tidak mudah menemui dokter tertentu sekalipun di sebuah rumah sakit bergengsi.
Berbicara kembali mengenai persaingan bisnis antar rumah sakit. Kepastian tentang keberadaan dokter spesialis tertentu (apalagi pada kondisi darurat) yang seharusnya dapat dipakai sebagai suatu layanan yang wajib diberikan rumah sakit kini tidak lagi bisa diperoleh. (Ya, paling-paling sekedar dokter umum). Manajemen rumah sakit akhirnya mengupayakan pengganti dari tidak dapat diberikannya layanan kepastian adanya keberadaan dokter spesialis dengan extra layanan ; menghadirkan perawat yang lebih banyak dan ramah, gedung yang nyaman, kamar yang mewah. Namun apakah kesemuanya ini dapat menggantikan kebutuhan utama pasien untuk mendapatkan informasi dan perawatan dari seorang dokter spesialis terpercaya.
Kesulitan mendapatkan dokter spesialis standby di Rumah sakit harus diatasi. Di New Jersey bahkan akhirnya rumah sakit rela memberikan tambahan pendapatan berlipat (diluar gaji bulanan) pada dokter yang
bersedia standby / datang setiap saat setelah dipanggil (pada keadaan darurat). Mesti sebegitukah ? Dan apakah cara ini berhasil dalam jangka waktu panjang ?
Kasus ini mungkin dapat diselesaikan dengan dukungan teknologi komunikasi. Bila sebuah rumah sakit ingin memberikan pelayanan yang sesungguhnya pada pasien, namun dokter juga manusia (yang tidak setiap saat bisa datang ke rumah sakit), bukan tidak ada jalan keluar. SMS, website dan wap dengan manajemen database yang tertata dengan baik dan segala aplikasi nya kini dapat memberikan manfaat lebih sebagai jalur komunikasi antara dokter-pasien dan rumah sakit bahkan mungkin dengan laboratorium klinik serta apotik. Sehingga persaingan antar rumah sakit bukan hanya nampak secara tangible, namun juga bersaing dalam hal value memberikan solusi bagi pasien (pelanggan) sehingga semua pihak dalam proses transaksi dapat diuntungkan olehnya.
1 komentar:
apakah makin banyak RS tarif layanannya makin murah (spt dunia seluler)? :D
Dani Iswara Weblog (soalnya blog2 di profil banyak yg trial) :)
Post a Comment