December 20, 2014

Harmoni Perjuangan, Cinta dan Syukur

Beberapa hari yang lalu, saya menonton film Exodus : Gods and Kings. Ternyata ceritanya terinspirasi dari kisah Nabi Musa AS yang sebenarnya agak berbeda dengan yang dikisahkan selama ini. Dalam tulisan ini, saya tidak akan membahas perbedaan itu. Namun lebih pada pesan "baik" yang disampaikan dalam sebuah film Exodus.

Ya dalam setiap kreasi manusia, selalu akan ada unsur kebaikan dan mungkin ketidakbaikan, karena tiada manusia yang sempurna. Mungkin ketidakbaikan itu adalah hal yang tidak disengaja. Jadi, marilah kita yang berakal dan dewasa, mampu menyaring sendiri unsur kebaikan yang ada dari setiap kreasi.

Dalam film tersebut, betapa kita ditunjukkan kuasa sang Pencipta atas segala yang ada di bumi ini. Namun, DIA meminta manusia untuk tidak duduk manis, kita sebagai manusia harus berusaha dengan segala anugerah yang telah diberikan. Pada suatu titik ketika kita tak mampu dan itu mustahil dilakukan, maka campur tangan Sang Pencipta lah yang akan membuat kita menjadi mampu. Dan seyogyanya lah, ketika sesuatu yang sudah kita usahakan itu terwujud, kita tidak lantas memupuk dada, seolah pencapaian itu hanya karena kerja keras kita. Kelupaan atas campur tangan Sang Pencipta hanya akan memusnahkan apa yang kita miliki.

Hal baik lain yang dapat diambil dari film ini adalah tentang tim dan keluarga. Mencuplik dari sebuah kalimat : keluarga bukanlah dari siapa darah di tubuh kita mengalir, melainkan siapa yang mencintai dan mencintai kita.

Sahabat, tim kerja, lingkungan kita adalah keluarga kita. Merekapun adalah pribadi-pribadi yang andil dalam menguatkan hati dan semangat kita dalam setiap upaya dan doa. Raja Ramses dikisahkan dalam film tersebut adalah sosok yang tidak memiliki rasa terimakasih pada keluarganya. Dan akhirnya dia tidak berhasil memenangkan apa yang diharapkan, dia tidak memiliki support hati dan moral dari keluarga besarnyanya, karena dia menganggap nyawa anak buah tidak penting, dia menganggap manusia yang berbeda suku sebagai budak yang tak layak untuk disejahterakan. Raja Ramses tinggal bersama keluarga kecilnya (istri dan seorang anak), sedangkan Musa dalam kisah itu berjuang bersama keluarga besarnya (tidak memiliki pertalian darah yang dekat dengannya, kecuali Harun), istri dan anaknya tertinggal di suatu desa. Namun, Musa bersama keluarga besarnya lah yang memenangkan pertandingan ini.

Sebaik-baiknya manusia adalah yang dapat membawa manfaat kepada orang lain, apalagi kepada lebih banyak orang. Dari sini, saya memetik semangat baik ibaratnya seorang enterpreneur. Mungkin di awal proses perjalanan sebuah bisnis yang baru dibentuk, kita berjalan sendiri. Namun alangkah lebih baik jika dalam prosesnya kita perlahan mengajak pribadi-pribadi baru, untuk bersama berjuang dan berbagi pencapaian atas setiap keberhasilan, menyampaikan berkah dari Sang Pencipta kepada lebih banyak pribadi yang membutuhkan. Ketika hal itu terjadi, dengan ijin dan campur tangan Sang Pencipta, maka menjadi perusahaan yang tumbuh berkembang bukan hal mustahil.

Marilah kita ciptakan sebuah harmoni, antara perjuangan, cinta dan wujud syukur pada Sang Pencipta alam semesta atas apa yang kita jalani agar lebih berarti dan bermanfaat untuk lebih banyak jiwa.




0 komentar: