Satu contoh yang banyak saya jumpai beberapa tahun terakhir adalah keengganan seseorang untuk hidup lebih simpel dengan teknologi informasi. Coba, berapa persen yang memanfaatkan internet sebagai media komunikasi yang bukan hanya up to date, namun lebih murah (dibandingkan sms bahkan telepon), dari yang berkomunikasi dengan internet, berapa banyak yang hanya untuk melihat email (tanpa browsing)?
Sekarang ini di Indonesia, dibanjiri beberapa macam handphone 3G dan respon pada saat awal peluncurannyapun, luar biasa. Masyarakat kita sangat antusias, walaupun bagi saya harga handphone 3G (saat itu) tidak bisa dibilang murah. Namun, kini setelah kurang lebih setahun berjalan, apa yang dapat mereka manfaatkan dari sebuah handphone 3G atau 2G? Berikut pooling singkat yang saya lakukan di dua mall di Surabaya pada pengguna handphone 3G (dengan membuang responden yang bekerja di bidang TI dan memiliki background pendidikan komputasi/ informatika.
Alasan membeli handphone 3G :
- Ingin mencoba fasilitas video Call/ Video Streaming
- Bergengsi
- Tampil modis
Lalu saat ditanya, aktifitas terbanyak yang mereka lakukan dengan handphone tersebut pada 1 bulan pertama setelah dibeli :
(berdasarkan urutan dan hanya deskripsi semata dari jumlah terbanyak) :
- berbicara
- sms
- koneksi data
Bayangkan betapa borosnya hidup ini, jika kita berperilaku demikian. Mestinya, sesuatu yang mahal harus dibayar dengan bertambahnya wawasan kita. Berapa banyak biaya yang kita keluarkan andaikan antar kita cukup berkomunikasi melalui ym dari handphone, membaca email lewat handphone, updating informasi melalui wap dibanding menelpon dan ber-sms ?
Beberapa orang yang tampak sangat enggan menggunakan handphone canggihnya untuk berkomunikasi selain untuk telepon dan sms memberikan alasan berikut ini :
- susah setting GPRS/ koneksi data-nya
- ribet
- takut biaya koneksinya mahal
Dan karena dari pengamatan saya sebenarnya beberapa orang ini bukan orang yang kekurangan, saya coba settingkan gprs lewat handphone-nya, coba masukkan aplikasi gmail dan ym lewat handphonenya lalu menunjukkan berapa biaya untuk berkomunikasi via gprs/ wap dalam durasi 2 jam. Mestinya setelah ini saya lakukan, 3 alasan diatas sudah tidak berlaku lagi, namun yang terjadi adalah sama saja alias tidak ada perubahan perilaku.
Ya, perubahan perilaku memang tidak mudah, dan kesimpulan saya adalah orang ini bukan tipe yang suka bereksplorasi dan artinya adalah orang yang tidak mau belajar. Untungnya, dari data-data yang saya miliki trend jumlah orang yang seperti ini (di beberapa kota) cenderung menurun.
Untuk kasus berkomunikasi via internet, saya pribadi memiliki pengalaman yang menarik, mengasyikkan. Memang mahal (namanya juga eksplorasi yang mungkin dapat disamadengankan dengan melakukan riset sendiri), namun akhirnya siap yang untung ? Akhirnya saya menemukan cara untuk dapat berkomunikasi lebih murah,mudah dan cepat.
3 komentar:
'riset' penyedia 3G mungkin jg sdh membidik pola konsumerisme masy kita ya.. :D
smntr pembelajaran konsumen akan produk baru terus berjalan, nanti sdh keluar lg teknologi yg lbh baru dan canggih..susahnya ngikuti TI :)
susah-susah gampang.... kalau menurut saya sih ga harus mahir segalanya, namun jangan ketinggalan yang lebih efisien gituuu...
Saya pikir pola hidup masy kita yang cenderung boros memang harus dirubah. Kita harus malu pada orang Jepang yang udah maju tapi tetep hemat, kuliah jarang ga ada yang pake mobil kaya di sini (hehe..sedikit ngiri niy ma anak2 bermobil yang pacarnya mesti cakep2..hiks2)
Back!
Untuk masalah telpon sebenarnya ada solusi telpon murah yaitu VOIP. Telpon ini menggunakan protokol internet. Beberapa waktu yang lalu ada semacam publikasi voip bernama VOIP RAKYAT yang dmotori salah satu nya Om Onno W Purbo.
Tapi mungkin ngga kelas ma orang indonesia Voip Rakyat...malu dunk ama jas safari yang d pake kalo make Voip Rakyat...harusnya telp2 genggam kluaran terbaru..(paragraf terakhir ini satire)
Post a Comment