Fenomena ini saya temui pada sebuah tim marketing sebuah perusahaan jasa. Setiap kali melakukan dealing, saya tidak melihat ada 1 marketer, dalam sebuah event kecil (misal : stand pameran, seminar dengan peserta < 100 orang) bahkan bisa jadi seluruh marketer (dalam satu kota) dilibatkan. Bahkan pernah saya jumpai, dalam sebuah acara sosial yang di"dukung" oleh perusahaan itu (artinya perusahaan berkontribusi 10% pembiayaan acara), dengan jumlah total peserta 150 orang, namun jumlah marketer yang hadir lebih dari 20 orang. Logiskah hal ini ?
Saat bertanya, leader dari para marketer itu menjawab : ini adalah bentuk kebersamaan dan kerjasama tim. Efektifkah ?
Secara bisnis dan statistik, bagi saya semua aktifitas pemasaran harus terukur. Bukan hanya impact-nya, tapi seberapa besar biaya (rupiah, tenaga dan produksi) yang harus dikeluarkan perusahaan. Dan memang, hal ini dilupakan oleh leader marketing perusahaan itu, bahkan bukan hanya leader di tingkat kota, melainkan regional dan nasional.
Jika saya amati, kondisi ini karena tidak adanya sistem kontrol yang jelas. Setiap aktifitas dapat dikontrol dan teknologi saat ini (di Indonesia pun) sudah sangat memungkinkan untuk hal itu.
Kasus pada perusahaan ini jika dicermati bukan hanya menimbulkan kerugian materiil (atau yang nampak secara langsung), namun lebih kepada image perusahaan dimata mitra kerja dan konsumen. Mitra kerja akan melihat, bekerjasama dengan perusahaan seperti ini akan lebih boros, lamban dan ribet (karena banyaknya orang dalam perusahaan yang campur tangan dalam satu permasalahan). Sementara itu, dimata konsumen akan nampak bahwa sistem kerja perusahaan tidak efisien, biaya yang dia keluarkan pada saat transaksi akan nampak tidak seimbang dengan apa yang dia dapatkan karena pemborosan yang dilakukan perusahaan.
Bayangkan jika didalam perusahaan itu ada 10 orang marketer, dan semua marketer bertindak sebagai leader di 10 event. Untuk operasional (misal penjaga stand pameran, terima tamu di sebuah seminar) lebih murah jika perusahaan itu outsource, setidaknya cuman butuh 100rb/hari per outsource. Tanpa outsource, memang nampak lebih murah, tapi berapa event pemasaran yang bisa digarap, dan seberapa besar probabilitas penetrasi pasar ? Seberapa besar profit yang akan diperoleh ? Dan jangan lupa, seberapa besar keluhan SDM (marketer) karena kejenuhan menangani pekerjaan "ga penting" yang nampaknya sejagad.
Sekedar berbagi tips, dalam merencanakan penyelenggaraan event pemasaran jika anda adalah (minimal) seorang supervisor marketing :
- Buat beberapa perencanaan secara detail (plan A, B, C, D, dst) Estimasikan target yang didapat, biaya (rupiah, tenaga, dan semua biaya produksi)
- Cari nilai optimum dari pendapatan/ laba di masing-masing plan. Prioritaskan rencana itu yang akan diadakan, dan susun lainnya sebagai back up
- Tunjuk koordinator. Diskusikan semua rencana dan buatlah matriks kerja sistem kontrol dan sistem evaluasi event (secara jangka pendek dan jangka panjang) bersama dengan koordinator.
- Berikan wewenang yang cukup untuk koordinator. Biarkanlah koordinator membentuk tim (sebaiknya outsource jika untuk operasional saja) dan bekerja sesuai matriks kerja. Dan anda (mungkin bersama dengan tim audit pemasaran) melakukan kontrol / sebagai pendamping.
- Pada pelaksanaan event dan setelah pelaksanaan event, lakukan evaluasi. Apakah target anda tercapai ? Apakah tidak ada biaya yang membengkak ? Apakah event ini cukup efektif ? Dan apakah bisa dilanjutkan (dalam kemasan yang serupa, atau perlu dirubah). Tapi ingatlah sesuatu dalam proses evaluasi ini. Jangan mengacu semata pada kuesioner (jika anda menyebarkannya), apakah sampling anda tepat dan proses pengumpulan data bisa dipercaya dalam hal ini ?
0 komentar:
Post a Comment