November 8, 2007

How Different ?

saat jajaran direksi dan komisaris di sebuah perusahaan mengatakan bahwa mereka memiliki segmentasi yang jelas (anggap Menengah Atas) dan mereka mampu bersaing dengan kompetitor untuk memenangkan pasar dengan diferensiasi yang mereka miliki, apakah diketahui oleh karyawan ? Dan yang lebih penting, apakah diyakini oleh karyawan ?


Terinspirasi oleh cerita salah seorang teman yang menjadi manager HRD di sebuah perusahaan jasa (sebut saja perusahaan A). Saat melakukan diklat pada karyawan, dia mencoba bertanya : "apakah sesuatu yang menurut anda uniq dari perusahaan ini dibandingkan dengan perusahaan kompetitor, hingga kita dapat memenangkan pasar ?". Jawaban yang mengejutkan, tapi sangat diyakini oleh mereka : "karyawan kita cantik-cantik". Karyawan-karyawan itu sangat percaya diri dan menganggap bahwa itulah kelebihan perusahaan itu dibandingkan kompetitornya. Apakah persepsi para karyawan ini menguntungkan perusahaan ?

Dalam jangka pendek, bisa saya katakan "ya", persepsi ini menguntungkan untuk perusahaan. Tapi, akan sangat merugikan perusahaan dalam jangka waktu panjang. Karena sebenarnya, apa yang menurut komisaris dan direksi, ternyata tidak ditangkap oleh karyawan di lapangan.

Mencoba membandingkan dengan perusahaan sejenis (sebut saja perusahaan B/ kompetitor perusahaan A), disana semua karyawan tau benar dan dapat menyebutkan dengan lancar jika ditanya "apa diferensiasi perusahaannya dibanding kompetitornya", semua karyawan akan menjawab kualitas produk yang terjamin, pelayanan yang baik, dan pemasaran yang diaplikasikannya adalah pemasaran yang ilmiah ("dengan sedikit menyindir, tidak seperti perusahaan A yang cuma mengandalkan wajah cantik, duit tapi tidak paham product knowledge). Memang yang dikatakan oleh karyawan perusahaan B ini seirama dengan yang dikatakan oleh jajaran direksi dan komisarisnya. Tapi, sembari demikian yang saya lihat dari raut wajah mereka saat mengatakan ini adalah ketidak percayaan diri/ ketidakyakinan. Di belakang sesi diskusi ini, antar mereka saling mengadu, sebenernya lebih berkualitas mana ya, perusahaan A dan B. Dan yang lebih lucu lagi, pada saat direktur utama berkunjung dan memberikan roleplay ini (membagi peserta diklat menjadi 2 kelompok, untuk berdebat : diferensiasi mana yang lebih menguntungkan dan mereka yakini bisa diterapkan ; ternyata kelompok yang mempunyai argumentasi lebih kuat adalah yang memilih diferensiasi kualitas plus pemberian duit alias komisi pada customer. Dan, ternyata dirut tersebut hanya tersenyum dan menyanggah dengan argumentasi klise.

Contoh kedua ini menunjukkan bahwa diferensiasi perusahaan tidak diyakini oleh karyawan dan hanya merupakan tulisan semata. Bayangkan, bila intern perusahaan saja tidak bisa meyakini hal ini, bagaimana dengan konsumen ?

Menanamkan diferensiasi pada segenap tim memang bukanlah hal yang mudah. Idiom dengan usaha untuk melakukan perubahan yang diulas dari buku Change, karya Rhenald Kasali. Menanamkan diferensiasi perusahaan pada segenap tim membutuhkan strategi, leadership yang kuat, dukungan bawahan, komunikasi yang jelas dan komitmen pemimpin. Diferensiasi perusahaan seharusnya sudah merupakan budaya perusahaan, dan bukan lagi sebuah tuntutan.

0 komentar: