Banyak sekali persepsi tentang riset di bumi Indonesia. Masalah sebenarnya bukan mana yang paling tepat, melainkan "How to do ?"
Kalau dikatakan rumit, yang dimaksud rumit atau detail ? Kalau dikatakan mahal, yang dimaksud dibandingkan dengan apa dan apa yang didapat, atau kalau dikatakan mudah, semudah apa dan bagaimana ?
Disini, bukan berarti saya mengatakan bahwa riset itu murah, tapi bukan juga mahal. Setiap hari dan dimanapun, riset bisa saja dilakukan (asal konsisten). Hanya, perlu satu hal. "Berfikir dan Menganalisa" dipadukan dengan cara pandang yang mendetail serta kemampuan berkomunikasi yang cukup (ingat, bahwa survey yang paling efektif adalah dengan "ngobrol").
Paling tidak dengan pola seperti ini, bisa diperoleh asumsi-asumsi pendukung mengenai : sejauh mana sebuah produk diterima oleh konsumen, perilaku dan aktivitas konsumen hingga "memancing" ide pengembangan produk, marketing atau branding strategy.
1 komentar:
Benar. Untuk mendapatkan insight nda perlu bikin riset mahal-mahal. Dengan melakukan observasi di lingkungan kita beraktivitas, dalam perjalanan menuju tempat aktivitas akan banyak ide-ide yang kita peroleh secara gratis. Seperti Gober Bebek yang selalu memperhatikan jalan yang dilaluinya siapa tahu ada koin jatuh untuk menambah koleksi koin di gudang uangnya :-)
Post a Comment