Aktifitas marketing ataupun aktifitas branding, mutlak tak bisa dipisahkan dari sebuah skenario. Skenario dibuat sejak target ditetapkan. Skenario dalam marketing didesain sedemikian hingga target bisa dicapai. Pemikirannya sederhana, tanpa adanya skenario yang berbeda dari periode sebelumnya, pendapatan perusahaan tidak akan berbeda jauh selain dari faktor keberuntungan.
Skenario pertama adalah saat tim marketing menyusun strategi promosi, dengan cara apa promosi dilakukan, peralatan apa saja yang perlu dipersiapkan. Sebagai contoh untuk permasalahan ini, setelah target ditetapkan, disusunlah beberapa strategi : berapa kali seminar, dengan topik apa saja, berapa kali program promosi, mempromosikan produk yang mana, akan beriklan dimana saja dan sebagainya.
Namun, skenario tentu tidak berhenti sampai disini. Ada sebuah pengamatan yang menarik, ketika sebuah perusahaan beriklan (talk show) di 2 media (dengan kelas yang sama), namun ditangani oleh orang yang berbeda, ternyata hasilnya berbeda sangat jauh. Apakah orangnya yang membuat perbedaan itu? Saya rasa itu bukan jawaban yang bagus. Hal yang perlu dilihat adalah bagaimana kedua orang tersebut menyusun skenario.
Tak mudah menarik fokus pendengar dengan talkshow di radio dengan durasi waktu yang terbatas dan hanya mengandalkan indera pendengaran. Dengan media radio saja, penjualan produk bisa sangat terdongkrak namun juga sebaliknya. Penjualan terdongkrak jika dan hanya jika, skenario ditetapkan dengan tegas. Tentunya perlu alat untuk skenario ini. Namun tak mahal, hanya 1 - 2 lembar kertas yang disuguhkan pada narasumber (dari pihak perusahaan pengiklan) dan untuk penyiar radio.
1-2 lembar kertas ini, sangat membantu antusiasme pada sesi talk show, apalagi setelah muncul pertanyaan dari penelpon. Bayangkan jika anda menjadi seorang penyiar radio yang suatu saat harus siap mendampingi talk show perusahaan real estate, suatu saat lagi harus siap mendampingi perusahaan alat berat, telekomunikasi, IT, bahkan hingga restoran dan salon kecantikan. Begitu banyaknya variasi produk, dan tanpa adanya sebuah kertas panduan wawancara seringkali menyebabkan fokus wawancara menjadi kabur, atau tidak tersampaikannya misi penjualan produk melalui sebuah talk show
0 komentar:
Post a Comment