July 29, 2007

Pasien Yang Aneh!

Beberapa hari lalu saya datang ke sebuah rumah sakit yang cukup terkenal di Surabaya untuk mengkonsultasikan hasil pemeriksaan laboratorium seorang kerabat. Pada saat menunggu, saya melihat sebuah keanehan yang sudah lazim (mungkin pada mayoritas dokter).

Banyak pasien cantik (“detailer”) di dalam ruang tunggu praktek dokter dan pasien yang benar-benar sakit, menunggu berjejalan bahkan adakalanya berdiri di luar ruang tunggu. Saat itu, saya hanya berfikir, dimana kode etik kedokteran ini berlaku ? Bagaimana bisa seorang pasien yang benar-benar sakit dibiarkan menunggu analisis / diagnosis dari seorang dokter dengan H2C (Harap-harap cemas) sementara, “pasien-pasien cantik” yang segar bugar dipersilahkan masuk kedalam ruang praktek dokter dan berlama-lama didalamnya. Pasien Cantiknya yang aneh atau dokter-nya yang aneh ya ?

Dalam tulisan saya kali ini, tidak ada banyak analisis. Saya hanya ingin menanyakan pada anda praktisi di dunia kedokteran yang masih cukup memiliki idealisme dan moralitas kedokteran, apakah fenomena – fenomena yang saya rasa janggal namun telah lazim dilakukan di beberapa dokter ini, dapat dibenarkan secara kode etik kedokteran ?
- Seorang dokter mengarahkan pemeriksaan laboratorium semua pasiennya ke satu laboratorium klinik tertentu dan mengarahkan pasien untuk membeli obat produksi satu farmasi tertentu dengan pertimbangan kedekatan dokter dengan detailer laboratorium / farmasi tersebut
- Seorang dokter yang dengan mudahnya memvonis bahwa seorang pasien tidak butuh pengobatan karena umur yang sudah lanjut
- Seorang dokter yang enggan membagikan ilmunya (dalam sebuah ceramah awam), jika tidak diberikan imbalan yang setimpal dengan pendapatan yang seharusnya dia terima per pasien.

3 komentar:

Anonymous said...

dokter~detailer:
Jika info produk (bahasa jujurnya:negoisasi) dilakukan saat jam pelayanan di tempat pelayanan, jawabannya hanya satu: podho edhane.

dokter berafiliasi kepada satu lab atau satu produsen: tidak patut dan saya yakin ada "sesuatu". korbannya hanya satu, yakni pasien.

dokter gampang memvonis tanpa informasi: bertentangan dengan sumpahnya, terutama menyangkut minimnya penjelasan.

dokter enggan membagi ilmunya: maka ilmunya tidak akan berkembang. kalo untuk awam, GRATIS aja ah.

hehehe *tolah-toleh nunggu dipisuhi temen sendiri*

Ayo mbak, kita bersama-sama memperbaiki sistem seputar layanan kesehatan.

marmotji said...

wedew, kalo yg satu subject pengabdian aja begini apalagi bidang kita ya Hermin..

Unknown said...

terimakasih, cak moki. Jangan khawatir dipisuhi temen sendiri, yang penting bermanfaat buat yang membutuhkan. Perlahan tapi pasti, Hanya ada 2 pilihan bagi kelompok-kelompok yang edan, tidak etis & tidak profesional dalam profesinya : Terlibas atau Berubah