December 6, 2007

Ketakutan Psikologis, Empaty dan Peluang.

Kanker payudara, sebuah penyakit yang menakutkan bagi hampir semua wanita di bumi ini, utamanya yang sudah berusia matang. Dan mamografi adalah merupakan salah satu cara uji awal adanya tanda-tanda penyakit ini.


U.S. National Cancer Institute menyatakan hasil temuannya pada 29 Nopember lalu bahwa permintaan mamografi pada wanita usia 40 tahun keatas kini menurun. Salah satu dugaan adalah karena mamografi bukanlah merupakan sebuah pemeriksaan yang mudah bahkan menyakitkan serta memalukan bagi sebagian wanita. Para wanita ini lebih memilih melakukan pemeriksaan X-Ray daripada mamografi jika tujuannya adalah deteksi dini. Cara ini dianggap lebih mudah dilakukan oleh para wanita.

Mamografi memang bukan satu-satunya penanda tumor/ kanker payudara ataupun pemeriksaan terbaik untuk deteksi dini adanya resiko kanker payudara, namun masih dianggap pemeriksaan yang paling efektif menurut Dr.Michael Naughton.

Penurunan jumlah permintaan mamografi (untuk upaya deteksi dini kanker payudara) ini sudah merupakan kegelisahan bagi paramedis, utamanya dokter di Amerika.

Dengan penggalian informasi lebih jauh, akhirnya ditemukan bahwa sebenarnya penurunan jumlah pemeriksaan mamografi bukan semata karena pemeriksaan ini sulit, menyakitkan ataupun memalukan. Tapi, lebih karena para wanita memiliki rasa takut yang berlebihan. "Jangan-jangan menderita penyakit tumor/ kanker payudara". Mereka hanya tidak ingin mendengarkan berita ini, sekalipun dengan mendengarkannya, mereka dapat mengantisipasi dan melakukan terapi penyembuhan.

Kondisi ini senada dengan penelitian yang pernah saya lakukan terhadap keengganan masyarakat melakukan pemeriksaan laboratorium sejak dini (sebelum sakit). Bahkan dengan pemberian dana gratis (misal dari kantor/ agen asuransi/ promosi laboratorium dan RS). Mereka ini bukannya orang yang tidak berpendidikan, bukan juga orang yang kurang mampu dan tidak mengetahui informasi kesehatan. Sebagian besar dari mereka beranggapan bahwa pemeriksaan kesehatan (laboratorium) hanya akan membuat mereka yang sebelumnya sehat (dalam arti mereka : dapat beraktifitas dengan baik) menjadi terbebani dengan hasil diagnosa yang mau tidak mau mengganggu mereka dan keluarga secara psikologis. Efek psikologis ini akan mengganggu pada setiap aktifitas yang mereka lakukan, bahkan pada waktu mereka beristirahat.

Mungkin bagi beberapa paramedis, sikap orang-orang yang enggan melakukan pemeriksaan sejak dini ini dianggap sebagai suatu hal yang naif. Artinya, paramedis ini beranggapan bahwa dengan melakukan pemeriksaan sejak dini, dapat dideteksi adanya suatu penyakit dan selanjutnya agar dapat dilakukan pengobatan/ terapi secepatnya.

Anggapan paramedis ini akan benar bila, setiap permasalahan memiliki solusi yang tidak berdampak pada melebarnya permasalahan (penyakit). Karena yang terjadi saat ini, tidak semua lembaga rumah sakit peduli pada riwayat kesehatan pasien; melakukan pengobatan/ pemberian treatmen hanya pada yang nampak saat ini dan kadang lupa dengan kondisi masa lalu (walaupun tidak semua demikian, dengan merogoh agak lebih banyak kocek).
Jika mau lebih berempati, ketakutan psikologis yang dialami sebagian masyarakat atas pemeriksaan kesehatan merupakan sebuah tantangan yang menjadikannya sebuah peluang beralih ke arah blue ocean (bagi para pengelola jasa kesehatan). Masyarakat butuh Solusi, Kenapa tidak mulai memberikannya ?

0 komentar: